Sistem
pertahanan tubuh adalah suatu sistem terpenting, yang terus-menerus
melakukan kegiatan dan tidak pernah melalaikan tugasnya. Sistem ini
melindungi tubuh siang dan malam dari semua jenis penyerang.
Ia bekerja dengan penuh ketekunan, layaknya pasukan tempur berperalatan lengkap, bagi tubuh yang dilayaninya.
Sekitar
250 tahun lalu, dengan ditemukannya mikroskop, para ilmuwan mendapati
bahwa kita hidup bersama banyak makhluk kecil, yang tidak dapat kita
lihat dengan mata telanjang.
Makhluk
ini ada di mana-mana, dari udara yang kita hirup, sampai benda apa
pun yang bersinggungan dengan permukaan tubuh kita. Juga ditemukan
bahwa makhluk-makhluk ini berpenetrasi memasuki tubuh manusia.
Meski
keberadaan musuh ini ditemukan dua setengah abad lalu, sebagian besar
rahasia "sistem pertahanan" yang bertempur dengan gigih belumlah
tersingkapkan. Begitu ada benda asing memasuki tubuh, secara spontan
sistem molekular tubuh ini diaktifkan.
Dengan
rancangan strategi hebat, ia menyatakan perang mati-matian melawan
musuh. Kalau kita lihat sekilas cara kerja sistem ini, tampak bahwa
setiap tahapan berlangsung berdasarkan suatu rencana yang sangat
cermat.
Sistem
pertahanan tubuh tidak pernah tidur atau letih sedikitpun, kalau itu
terjadi walaupun satu detik saja, ribuan bahkan mungkin jutaan
penyakit, virus dan bakteri akan masuk kedalam tubuh kita tanpa adanya
penghalang atau pencegahnya.
Rentang
satu detik yang melambangkan selang waktu sangat pendek dalam
keseharian kita. Namun berjalan sangat lama bagi kebanyakan sistem dan
organ yang bekerja dalam tubuh kita.
Jika
semua kegiatan yang dilaksanakan oleh semua organ, jaringan dan sel
tubuh dalam satu detik itu dituliskan, hasilnya tak terbayangkan, di
luar batasan pikiran manusia.
Ilustrasi
gambar di atas menunjukan bahwa di dalam nodus limfa, pecah
pertempuran antara penyerang tubuh dan pasukan pertahanan.
Ketika
bakteri masuk melalui saluran limfatis (1), makrofag menelan sebagian
penyerang itu (2), menghancurkannya, dan menunjukkan penanda
identitas bakteri itu di permukaannya sendiri.
Pesan
kimiawi ini diberikan untuk semacam sel darah putih yang dikenal
sebagai sel T penolong (3), yang menanggapi dengan memperbanyak (4) dan
melepaskan pesan kimia yang memanggil lebih banyak pasukan ke bagian
itu (5).
Sel
T lain memberi isyarat kepada sel B untuk turun ke kancah pertempuran
(6). Sebagian sel B mulai bereproduksi (7), dan sel-sel baru ini
menyimpan informasi untuk membantu tubuh memerangi musuh yang sama di
kemudian hari (8).
Sel
B lain mengeluarkan ribuan antibodi setiap detik (9), memaksa bakteri
menggumpal (10). Selanjutnya makrofag menyapu habis, menelan gumpalan
bakteri sementara molekul protein tertentu dan antibodi membuat
bakteri mudah ditelan makrofag (11).
Terkadang,
protein tadi langsung membunuh bakteri dengan merobek dinding selnya
(12). Makrofag pembersih kemudian membersihkan seluruh nodus dari
sisa-sisa pertempuran, menelan antibodi yang berserakan, bakteri mati,
dan puing-puing lain sampai infeksi itu hilang.
Ada sebuah kisah seorang anak laki-laki pada tahun 1971 yang terlahir tanpa kekebalan tubuh. Bagaimana jadinya?
Pada
saat lahir, anak laki-laki yang sistem kekebalannya tidak berkembang
normal ini langsung ditempatkan di sebuah tenda plastik steril. Tidak
ada satu pun yang diperbolehkan masuk. Pasien itu dilarang menyentuh
manusia lainnya.
Ketika
dia tumbuh besar, dia ditempatkan di tenda plastik yang lebih besar.
Untuk keluar dari tendanya, dia harus memakai seperangkat peralatan
yang dirancang khusus mirip pakaian astronot.
Mengapa
bisa demikian? Jawabanya mudah, karena tanpa adanya sistem kekebalan
tubuh berarti tidak ada pasukan bersenjata di tubuhnya untuk
melindunginya dari musuh (penyakit, virus, bakteri).
Apa
yang bakal terjadi jika dia memasuki lingkungan normal? Jawabannya
adalah, dia akan segera menderita flu, penyakit bersarang di
tenggorokannya, walau diberi antibiotik dan perlakuan medis lainnya, dia
akan menderita berbagai macam infeksi.
Tidak
lama, perawatan medis akan kehilangan efek, berakibat pada kematian
anak laki-laki itu. Anak laki-laki itu hanya akan bisa hidup beberapa
bulan atau beberapa tahun di luar lingkungan yang aman tersebut. Maka
dunia anak laki-laki itu selamanya dibatasi oleh dinding tenda
plastiknya. Miris bukan?
Nah,
Setelah beberapa waktu, dokter dan keluarganya menempatkan anak itu
di sebuah ruang yang betul-betul bebas hama yang dipersiapkan khusus di
rumahnya.
Akan tetapi, semua upaya ini tidak membuahkan hasil. Di awal umur belasan, anak itu meninggal ketika transplantasi tulang gagal.
Keluarganya,
para dokter, staf rumah sakit tempat dia dirawat sebelumnya, serta
perusahaan farmasi, telah berusaha semampu mereka untuk menjaga anak
laki-laki tersebut bertahan hidup.
Walaupun
mutlak segalanya sudah diupayakan, dan tempat tinggal anak laki-laki
itu selalu disuci-hamakan, kematiannya tidak dapat dicegah.
Akhir
kisah ini memperlihatkan bahwa tidak mungkin bagi manusia untuk
bertahan hidup tanpa adanya sistem kekebalan yang melindungi mereka dari
mikroba. Hal ini membuktikan bahwa sistem kekebalan pastilah sudah
ada lengkap dan menyeluruh sejak manusia pertama.
Oleh
karena itu, tidak masuk akal kalau sistem seperti itu berkembang
secara bertahap dalam selang waktu yang sangat lama sebagaimana
dinyatakan oleh teori evolusi.
Manusia
tanpa sistem kekebalan, atau dengan sistem kekebalan yang tidak
berfungsi, akan segera meninggal seperti pada contoh kasus di atas.
Fakta
menunjukkan bahwa kendati kita berusaha hidup dalam lingkungan yang
bersih, kita berbagi tempat ini dengan banyak mikroorganisme. Kalau
Anda berkesempatan mengamati ruangan tempat Anda duduk sekarang ini
dengan mikroskop, Anda segera akan melihat jutaan organisme yang hidup
bersama Anda.
Tubuh
manusia diibaratkan sebagai “kastil yang terkepung musuh”, disadari
atau tidak, di permukaan kulit Anda terdapat jutaan mikroorganisme
jahat sedang mencoba menembus untuk masuk kedalam tubuh.
Kulit,
yang menutupi seluruh tubuh manusia layaknya selubung, penuh dengan
sifat yang menakjubkan. Kulit mampu memperbaiki dan memperbarui diri,
air tidak dapat menembusnya, meskipun banyak pori-pori kecil di
permukaannya, padahal ia berfungsi membuang air lewat proses perspirasi.
Strukturnya yang luar biasa lentur, memungkinkan gerakan bebas, padahal ia cukup tebal sehingga tidak mudah robek.
Kulit
mampu melindungi tubuh dari panas, dingin, dan sinar matahari yang
merugikan. Kesemuanya itu hanyalah sedikit sifat kulit yang khusus
diciptakan untuk manusia.
Di
sini, kita berhadapan dengan sifat khusus dari kertas pembungkus
ajaib ini. Kemampuannya untuk melindungi tubuh dari mikroorganisme
penyebab penyakit. Jika tubuh dianggap sebagai kastil yang dikepung
musuh, kita bisa menyebut kulit sebagai dinding kastil yang kuat.
"Tungau
debu" (gambar kanan) hanyalah satu dari jutaan organisme yang hidup
bersama manusia tetapi tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.
Larva
parasit yang sedang memasuki kulit manusia (gambar kiri). Organisme
ini berusaha mencapai pembuluh darah lewat kulit, dan berdiam di
pembuluh ini untuk memperbanyak diri.
Ia
menggunakan taktik luar biasa agar lolos dari pasukan pertahanan
tubuh, seperti menyamarkan diri dengan materi yang dirobeknya dari sel
tuan rumah.
Respon
pertahanan pertama organisme melawan penyerangnya yang berbahaya
adalah perbaikan sendiri yang cepat dari jaringan kulit setelah
munculnya luka. Gambar diatas menunjukkan, ketika luka mencabik kulit,
sel-sel pertahanan dengan segera bergerak ke daerah luka untuk
memerangi sel asing dan membuang sisa-sisa jaringan yang terganggu.
Kemudian,
sejumlah sel pertahanan lainnya meningkatkan produksi fibrin, yaitu
protein yang dengan cepat menutupi kembali luka dengan jaringan
berserat. Gambar tersebut adalah gambar fibrin yang sudah menyelubungi
beberapa sel darah merah.
Di
atas adalah gambar penampang melintang kulit. Tetesan keringat yang
dikeluarkan dari kulit memainkan berbagai peran bagi tubuh.
Selain
menurunkan suhu tubuh, mereka menyediakan zat gizi bagi bakteri dan
jamur tertentu yang hidup di permukaan kulit, dan menghasilkan bahan
sisa bersifat asam seperti asam laktat yang membantu menurunkan tingkat
pH (keasaman) kulit.
Media
bersifat asam di permukaan kulit ini menciptakan lingkungan yang
tidak bersahabat bagi bakteri berbahaya yang mencari tempat tinggal.
Gambar
diatas merupakan tampak dekat dari jalan masuk kelenjar keringat. Di
sini, juga, Anda akan mendapati bakteri seperti di tempat lain di
kulit.
Gambar
ini, yang diperbesar 5.900 kali, memperlihatkan sel-sel di trakhea
(biru). Mereka menggunakan kelenjar mereka (kuning) untuk mensekresikan
suatu senyawa yang terjebak di partikel-partikel udara.
Pada
gambar ini, Anda dapat melihat makrofag yang berlokasi pada jaringan
paru-paru. Mereka mengeliminasi partikel debu di udara yang kita
hirup.
Perlindungan di dalam Sistem Pernapasan
Salah
satu jalan yang dilalui musuh untuk memasuki tubuh kita adalah
saluran pernapasan. Ratusan macam mikroba, yang ada di udara yang kita
hirup, berusaha memasuki tubuh lewat jalur ini.
Namun, mereka tidak mengetahui adanya halang rintang di dalam hidung yang diciptakan untuk melawan mereka.
Sekresi
khusus pada lendir hidung menahan dan menyapu sekitar 80-90%
mikroorganisme yang berhasil memasuki sistem pernapasan secara langsung
atau lewat partikel debu atau substansi lain.
Selain
itu, bulu halus (cilia) di permukaan sel-sel saluran pernapasan
berdiri tegak, menimbulkan aliran yang membawa partikel asing ke
kerongkongan untuk kemudian tertelan dan dihancurkan oleh asam dalam
lambung. Refleks batuk dan bersin mempermudah fungsi ini.
Mikroba
yang berhasil mengatasi rintangan ini dan sampai di alveoli
(paru-paru, bronkus, dan gingiva) akan ditelan oleh fagosit. Setelah
tahap ini, fagosit bergerak bersama mikroba yang telah mereka telan
untuk akhirnya dibuang dari tubuh dengan cara berbeda.
Setiap kali Anda bernapas, sebagaimana yang Anda lakukan sekarang, ada perang yang berkobar di gerbang perbatasan tubuh Anda.
Suatu
proses yang sama sekali tidak Anda sadari. Penjaga di gerbang itu
bertempur melawan musuh hingga tetes darah penghabisan untuk melindungi
kesehatan Anda.
Perlindungan di dalam Sistem Pencernaan
Sarana
lain bagi mikroba untuk memasuki tubuh adalah makanan kita. Akan
tetapi, penjaga di tubuh kita, yang mengetahui metode yang dipakai
mikroba ini, menunggu mereka di daerah tempat berakhirnya makanan, yaitu
lambung.
Mereka
selalu mempunyai kejutan untuk mikroba yang datang, yaitu asam
lambung. Asam ini merupakan kejutan yang tidak menyenangkan bagi para
mikroba yang sudah berhasil lolos dari rintangan dan sampai di lambung.
Mayoritas mikroba, dikalahkan oleh asam ini.
Namun,
Sebagian mikroba mungkin berhasil selamat dari jebakan asam ini
karena mereka tidak terlalu berkontak dengan asam lambung, atau karena
mempunyai daya tahan.
Namun,
mikroba ini kembali menghadapi konflik selanjutnya dengan penjaga
lain yang berada di jalur mereka. Kini, kejutan lain berada di hadapan
mereka: enzim pencernaan yang dihasilkan di usus halus. Kali ini,
mereka tidak dapat lolos dengan mudah.
Seperti
yang sudah kita lihat, tubuh manusia memiliki penjaga yang diciptakan
khusus, yang melindungi tubuh manusia dalam setiap tahap serangan
mikroba.
Lalu
ada sejumlah pertanyaan penting yang muncul dari kajian ini. Siapa
yang mengenali bahwa mikroba yang tinggal di luar akan berusaha memasuki
tubuh lewat makanan, rute apa yang dilalui makanan, bagaimana mikroba
akan dihancurkan di tujuan akhir, ke mana mereka akan pergi kalau
mereka berhasil lolos dari rintangan ini?
Dan
bagaimana kalau mereka berhadapan dengan musuh yang lebih kuat
seperti itu? Apakah yang melakukan itu semua adalah sel tubuh, yang
tidak pernah keluar dari tubuh, dan karenanya tidak berkesempatan
mempelajari penyusun kimia mikroba yang ada di luar, dan lebih dari
itu, tidak menerima pelatihan apa pun tentang kimia?
Tentu
saja tidak. Hanya Tuhan, yang menciptakan dunia eksternal serta
makanan di dunia ini, dan tubuh yang memerlukan makanan tersebut, serta
sistem untuk mencerna makanan ini, mampu menciptakan sistem
pertahanan.
Menghancurkan Musuh dengan Musuh Lain
Banyak
mikroorganisme lain yang hidup dalam tubuh manusia tidak merugikan
kita. Organisme apa yang terus hidup tanpa merugikan kita, dan apa
tujuan mereka tinggal di tubuh kita?
Kelompok
mikroorganisme ini, yang berkumpul di bagian-bagian tubuh tertentu,
disebut flora normal tubuh. Mereka tidak merugikan dan bahkan
sebagiannya menguntungkan bagi tubuh manusia.
Mikroorganisme
ini memberikan dukungan eksternal bagi pasukan pertahanan melawan
mikroba. Mereka bermanfaat bagi tubuh dengan mencegah mikroba asing
berdiam di tubuh, karena masuknya mikroba lain merupakan ancaman bagi
tempat tinggal mereka sendiri.
Karena
mereka tidak ingin digusur oleh penyerang, mereka dengan gigih
melawannya. Kita bisa membayangkan mikroorganisme ini sebagai "tentara
bayaran" yang bertempur demi tubuh kita.
Mereka
berusaha melindungi tempat hidup mereka demi kepentingan mereka
sendiri. Dalam melakukan itu mereka melengkapi pasukan bersenjata
lengkap di tubuh kita.
Bagaimana
cara "tentara bayaran" ini menetap di tubuh kita? Selama berada di
dalam rahim, embrio manusia belum pernah bertemu dengan musuh.
Setelah
kelahiran, sang bayi berkontak dengan lingkungan, dan banyak sekali
mikroba memasuki sang bayi lewat asupan makanan dan melalui saluran
pernapasan.
Sebagian mikroba langsung mati seketika, sementara yang lainnya dibinasakan sebelum berkesempatan berdiam di tubuh. perspirasi
Akan
tetapi, sebagian lagi, menetap di berbagai bagian tubuh seperti
kulit, lipatan kulit, mulut, hidung, mata, saluran pernapasan bagian
atas, saluran pencernaan, dan alat kelamin. Mikroba ini membentuk
koloni permanen di lokasi tersebut dan merupakan flora normal tubuh.
Terdapat ratusan bakteri di dunia. Pada gambar di atas Anda bisa melihat hanya sedikit di antaranya.
Antibodi
Antibodi
merupakan senjata yang tersusun dari protein dan dibentuk untuk
melawan sel-sel asing yang masuk ke tubuh manusia. Senjata ini
diproduksi oleh sel-sel B, sekelompok prajurit pejuang dalam sistem
kekebalan.
Antibodi
akan menghancurkan musuh-musuh penyerbu. Antibodi mempunyai dua
fungsi, pertama untuk mengikatkan diri kepada sel-sel musuh, yaitu
antigen. Fungsi kedua adalah membusukkan struktur biologi antigen
tersebut lalu menghancurkannya.
Berada
dalam aliran darah dan cairan non-seluler, antibodi mengikatkan diri
kepada bakteri dan virus penyebab penyakit. Mereka menandai
molekul-molekul asing tempat mereka mengikatkan diri.
Dengan
demikian sel prajurit tubuh dapat membedakan sekaligus
melumpuhkannya, layaknya tank yang hancur dan tak dapat bergerak atau
melepaskan tembakan setelah dihantam rudal saat pertempuran.
Antibodi
bersesuaian dengan musuhnya (antigen) secara sempurna, seperti anak
kunci dengan lubangnya yang dipasang dalam struktur tiga dimensi.
Tubuh manusia mampu memproduksi masing-masing antibodi yang cocok untuk hampir setiap musuh yang dihadapinya.
Antibodi
bukan berjenis tunggal. Sesuai dengan struktur setiap musuh, maka
tubuh menciptakan antibodi khusus yang cukup kuat untuk menghadapi si
musuh. Hal ini karena antibodi yang dihasilkan untuk suatu penyakit
belum tentu berhasil bagi penyakit lainnya.
Membuat
antibodi spesifik untuk masing-masing musuh merupakan proses yang
luar biasa, dan pantas dicermati. Proses ini dapat terwujud hanya jika
sel-sel B mengenal struktur musuhnya dengan baik. Dan, di alam ini
terdapat jutaan musuh (antigen).
Hal
ini seperti membuat masing-masing kunci untuk jutaan lubang kunci.
Perlu diingat, dalam hal ini si pembuat kunci harus mengerjakannya tanpa
mengukur kunci atau menggunakan cetakan apa pun. Dia mengetahui
polanya berdasarkan perasaan.
Adalah
sulit bagi seseorang untuk mengingat pola kunci, walau cuma satu.
Jadi, apakah mungkin seseorang mampu mengingat desain tiga dimensi dari
masing-masing kunci yang sesuai untuk membuka jutaan lubang kunci?
Tentu saja tidak.
Akan
tetapi, satu sel B yang sedemikian kecil untuk dapat dilihat oleh
mata, menyimpan jutaan bit informasi dalam memorinya, dan dengan sadar
menggunakannya dalam kombinasi yang tepat.
Tersimpannya
jutaan formula dalam suatu sel yang sangat kecil merupakan keajaiban
yang diberikan kepada manusia. Yang tak kurang menakjubkan adalah
bahwa kenyataannya sel-sel menggunakan informasi ini untuk melindungi
kesehatan manusia.
Satu
sel B menggandakan antibodi spesifiknya dan mencantolkannya ke
permukaan luar membran selnya. Antibodi memanjang keluar seperti jarum,
aerial yang sudah menyesuaikan diri menunggu berkontak dengan sekeping
protein tertentu yang bisa mereka kenali.
Antibodi tersebut terdiri dari dua rantai ringan dan dua rantai berat asam amino yang bersambungan dalam bentuk Y.
Bagian
tetap dari rantai itu sama di pelbagai jenis antibodi. Tetapi bagian
bergerak ujung lengan masing-masing mempunyai rongga berbentuk unik
yang tepat sesuai dengan bentuk bagian protein yang "dipilih" antibodi.
Setelah
digandakan sampai jutaan, sebagian besar sel B berhenti membelah dan
menjadi sel plasma, jenis sel yang bagian dalamnya berisi alat untuk
membuat satu produk antibodi.
Sebagian
sel B lain membelah terus tak berhingga, dan menjadi sel memori.
Antibodi bebas yang dibuat oleh sel plasma berkeliling di darah dan
cairan limpa.
Ketika
antibodi mengikatkan diri pada antigen sasarannya, bentuknya berubah.
Perubahan bentuk inilah yang membuat antibodi "menempel" di bagian
luar makrofag.
Organ-Organ yang terlibat dalam sistem pertahanan
1. Sumsum Tulang
Pabrik pembuat sel penting tersebut adalah sumsum tulang. Hebatnya, dari pabrik ini dihasilkan berbagai jenis sel yang berbeda.
Sejumlah
sel yang dihasilkan di sini berperan dalam produksi fagosit, sebagian
lainnya berperan dalam penggumpalan darah, dan sebagian lainnya lagi
dalam penguraian senyawa. Di samping dari segi strukturnya, sel-sel
ini juga berbeda dalam fungsinya.
2. Timus
Menurut
pengamatan biologis, timus tampak seperti organ biasa tanpa suatu
fungsi khusus. Namun demikian, jika dikaji secara rinci, pekerjaannya
sangatlah menakjubkan. Di dalam timuslah limfosit mendapat semacam
pelatihan. Sel-sel limfosit ini mendapat pelatihan di timus.
3. Limpa
Tugas
limpa, seperti berkontribusi pada produksi sel, fagositosis,
perlindungan sel darah merah, dan pembangunan kekebalan, sangat penting
sekaligus sulit.
Tentu
saja, limpa juga hanya segumpal daging, sama seperti organ-organ
lainnya. Namun ia menunjukkan kinerja dan tingkat kecerdasan tak terduga
dari sekadar segumpal daging.
Ia
meng-organisasikan segalanya, tidak membiarkan terjadinya masalah,
dan juga bekerja tanpa istirahat. Sesungguhnya limpa bekerja untuk
manusia dengan sangat giat sejak manusia lahir, dan akan terus-menerus
seperti itu selama masih dikehendaki demikian oleh Tuhan.
4. Nodus Getah Bening (Limfa)
Cara
kerja sistem ini adalah sebagai berikut: Cairan getah bening dalam
pembuluh limfatik menyebar di seluruh tubuh dan berkontak dengan
jaringan yang berada di sekitar pembuluh limfatik kapiler.
Cairan
getah bening yang kembali ke pembuluh limfatik sesaat setelah
melakukan kontak ini membawa serta informasi mengenai jaringan tadi.
Informasi
ini diteruskan ke nodus limfatik terdekat pada pembuluh limfatik.
Jika pada jaringan mulai merebak permusuhan, pengetahuan ini akan
diteruskan ke nodus limfa melalui cairan getah bening.
Jika
setelah pengamatan atas sifat-sifat musuh ini terdeteksi adanya
bahaya, maka dikeluarkan tanda bahaya. Pada tahap ini, di nodus limfa
dimulailah produksi limfosit dan sel prajurit lainnya dengan sangat
cepat.
Setelah
tahap produksi, prajurit baru diangkut ke garis depan medan perang.
Prajurit baru ini berjalan dari nodus limfa ke pembuluh limfatik
melalui cairan getah bening.
Mereka
berdifusi ke dalam aliran darah dari pembuluh limfatik, dan akhirnya
sampai di medan perang. Inilah sebabnya nodus getah limfa pada daerah
yang terinfeksi membengkak terlebih dahulu. Hal ini menunjukkan bahwa
produksi limfosit pada daerah tersebut meningkat.
Sel yang bertugas dalam sistem
Sangat
banyak sel-sel yang bertugas dalam sistem imun ini, salah satunya
adalah Sel T yang unik, dan Sel T di bagi jadi beberapa jenis yaitu :
1. Sel T Penolong
Sel
ini dapat dianggap sebagai administrator di dalam sistem pertahanan.
Pada tahap-tahap awal perang, ia menguraikan sifat-sifat sel asing yang
diabsorpsi oleh makrofag dan sel penangkap antigen lainnya.
Setelah
menerima sinyal, mereka merangsang sel T pembunuh dan sel B untuk
melawan. Stimulasi ini menyebabkan sel B memproduksi antibodi.
Sel
T pembunuh menyekresikan molekul yang disebut limfokin untuk
merangsang sel lain. Molekul ini menghidupkan tombol pada sel lain dan
mulai menyalakan alarm perang.
Kemampuan sel T penolong menghasilkan molekul yang meng-aktivasi molekul lain, merupakan proses yang penting.
Pertama,
produksi molekul ini berhubungan dengan strategi perang yang akan
datang. Jelas sel T tidak dapat membuat strategi itu sendiri. Jelas
pula bahwa strategi ini tidak datang hanya dengan suatu kebetulan
belaka.
Lagipula,
mengembangkan strategi belumlah cukup. Molekul di dalam sel, yang
akan menyalakan tombol untuk memulai produksi pada sel lain, harus
disintesis dengan tepat.
Untuk
itu, dia harus betul-betul tahu mengenai struktur kimia sel lawan.
Satu kesalahan saja pada produksi molekul ini akan melumpuhkan
keseluruhan sistem pertahanan.
Ini karena suatu pasukan tanpa suatu komunikasi akan dimusnahkan bahkan sebelum pasukan ini menyiapkan pertahanannya.
2. Sel T Pembunuh
Sel
T pembunuh adalah unsur paling efisien dalam sistem pertahanan. Namun
demikian, ada kasus saat antibodi tidak dapat mencapai virus yang
telah menyerang suatu sel. Untuk kejadian seperti ini, sel T pembunuh
membunuh sel yang sakit yang telah diserang oleh virus.
Pengamatan
seksama mengenai cara sel T pembunuh membunuh sel yang sakit
menyingkapkan suatu seni dalam penciptaan dan suatu kearifan yang sangat
agung.
Sel T pembunuh terlebih dahulu harus membedakan antara sel normal dan sel yang di dalamnya terdapat musuh yang bersembunyi.
Sel
T pembunuh mengatasi masalah ini dengan bantuan sistem molekul KSU
yang telah ada padanya. Ketika mereka melihat sel yang telah diserang,
mereka menyekresikan suatu bahan kimia.
Sekresi
ini melubangi membran sel dengan cara berbaris berdampingan sangat
berdekatan dalam suatu lingkaran. Selanjutnya sel mulai bocor dan sel
mati.
Sel T pembunuh menyimpan senjata ini dalam bentuk granular. Dengan demikian senjata kimia ini selalu siap digunakan.
Para
ilmuwan takjub ketika menemukan kenyataan bahwa sel memproduksi
senjatanya sendiri dan menyimpannya untuk digunakan pada masa yang akan
datang. Bahkan lebih menakjubkan lagi adalah rincian cara sel ini
memanfaatkan senjata kimianya.
Ketika
musuh mendekati sel tuan rumah, mikrogranular ini bergeser ke ujung
sel searah dengan musuh. Kemudian mikrogranular menyentuh membran sel,
melebur ke dalamnya, dan sambil mengembangkan ukurannya, mikrogranular
melepaskan zat yang ada di dalamnya.
Penjelasan
diatas hanya sekelumit keajaiban sistem pertahanan tubuh manusia atau
sistem imun. Masih banyak keajaiban mengenai sistem imun pada makhluk
hidup baik yang sudah terungkap maupun masih menjadi misteri yang
membuat para ilmuan masih penasaran tentang kehebatan sistem imun yang
diberikan oleh Tuhan Sang Pencipta kepada makhluknya.
sumber : http://tercela.blogspot.com/2011/11/keajaiban-pasukan-pertahanan-perang.html