Suatu
kelainan yang hingga sampai sekarang belum diketahui dengan pastinya
penyebab dari penyakit ini. Ya, kelainan itu adalah "Autisme" atau
dengan kata lainnya adalah suatu kelainan fisik dari perkembangan jiwa
seorang anak pada masa tiga tahun pertama setelah dilahirkan.
Autisme
menyebabkan seseorang yang menderitanya mengalami gangguan pada
perkembangan kerja otaknya secara normal dalam kemampuan sosialitasnya
dan juga kemampuannya dalam berkomunikasi dengan lawan bicaranya.
Penyebab, Faktor, dan Jenis Autisme
Seorang
pakar kesehatan, Neil K. Kaneshiro, MD., MHA., menyebutkan bahwa
"Autisme adalah sebuah kondisi fisik yang berhubungan dengan kelainan
secara biologis dan kinerja otak seseorang."
Seorang
bayi yang baru lahir tidak bisa divonis bahwa ia menderita autisme
ketika lahir, karena kondisi ini hanya dapat diketahui ketika anak
tersebut menginjak tahun kedua dalam hidupnya.
Kebanyakan
orang tua menganggap bahwa anaknya tersebut menderita autisme
dikarenakan pemberian vaksin dan juga obat-obatan yang telah
menyebabkan anaknya menderita kelainan tersebut.
Namun,
beberapa studi tentang autisme menyebutkan bahwa hal tersebut tidak
benar adanya. Bahkan, The American Academy of Pediatrics dan The
Institute of Medicine (IOM) juga membenarkan bahwa seorang anak yang
terjangkit autisme bukanlah dikarenakan pemberian vaksin dan obat-obatan
lainnya.
Akan
tetapi, autisme lebih dikarenakan oleh kelainan pada kromosom anak
tersebut dan juga permasalahan yang terjadi pada sistem saraf
(neurological) dan juga faktor genetik atau keturunan dari anak
tersebut.
Terdapat
pula sumber yang mengatakan bahwa ada kecurigaan yang menyebabkan
seorang anak menderita kelainan autisme namun hal tersebut belum
terbukti kebenarannya, yaitu diet, keracunan merkuri, ketidakmampuan
tubuh dalam mengkonsumsi vitamin dan mineral tertentu, sensitif
terhadap jenis vaksin tertentu.
Berdasarkan
bukti yang ada, kebanyakan anak laki-laki yang menderita autisme
dibandingkan dengan wanita dan terdapat beberapa jenis dari kelainan
dalam perkembangan fisik dari seseorang itu sendiri, misalnya :
1. Asperger syndrome, layaknya autisme, namun perkembangan bahasanya normal.
2. Rett syndrome, berbeda dengan autisme, hanya dialami oleh wanita.
3.
Childhood disintegrative disorder, kondisi yang sangat langka dimana
sang anak hanya dapat melatih kemampuan belajarnya hingga umur sepuluh
tahun saja, setelah itu ia akan kehilangan kemampuan yang telah
dipelajarinya.
4. Pervasive developmental disoreder - not otherwise specified (PDD-NOS), yang disebut juga sebagai atypical autisme.
Gejala-gejalanya
Kelainan
autisme hanya dapat diketahui ketika anak tersebut telah berumur dua
tahun dan kebanyakan dari penderita autisme akan bertingkah
seakan-akan ia memiliki dunianya sendiri tanpa menyadari kehadiran
orang lain.
Kesulitan
dalam berinteraksi sosial dengan lingkungannya, kemampuan bicaranya
yang lambat dari orang normal, tidak dapat diajak berbicara dalam waktu
yang lama, tidak ada kontak mata dengan lawan bicara, selalu
mengulang kata yang telah diucapkannya, dan juga kesulitan
berkomunikasi baik secara verbal maupun non-verbal.
Seorang
anak penderita autisme memiliki tingkat kesensitifitasan yang
melebihi dari manusia normal, khususnya indra penglihatannya,
pendengaran, sentuhan, penciuman, ataupun rasa.
Hal ini ditunjukkan ketika mereka merasa terganggu dengan suara berisik maka ia akan menutup kedua telinganya erat-erat.
Mereka
lebih menyenangi suatu hal yang itu-itu saja, penderita autisme akan
lebih fokus pada suatu hal saja misalkan ia suka akan musik, maka ia
akan lebih cepat mempelajari hal yang berhubungan dengan musik saja.
Melakukan gerakan yang sama berulang kali, menunjukan sesuatu ketertarikan yang berlebihan pada suatu objek tertentu.
Autisme, Kekurangan atau Kelebihan?
Mungkin
kelainan autisme ini justru memberikan suatu kelebihan bagi sang
penderitanya, hal ini terbukti dari kasus yang terjadi pada, Jacob
Barnett, seorang anak yang berumur 12 tahun di Amerika yang dapat
memecahkan teori "Big Bang" (teori konsep rumusan matematika yang
sangatlah rumit), dan setelah dilakukan serangkaian tes ternyata ia
memiliki IQ melebihi Albert Einstein (170).
Jacob
mengidap Aspergers syndrome, Kristine Barnett, ibu dari Jacob sempat
heran ketika anaknya tidak dapat mengucapkan sepatah kata pun hingga
ia menginjak usia dua tahun.
Akibat
kelainan yang dideritanya tersebut, Jacob menjadi pengajar di
Universitas Indiana. Ia mengajar tentang hal-hal yang berhubungan dengan
dunia matematika (kalkulus, aljebra, geometri, dan trigonometri) yang
mungkin bagi kita sendiri pelajaran tersebut sangatlah membosankan
sekali.
sumber : http://tercela.blogspot.com/2011/11/autisme-suatu-penyakit-ataukah.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar